Senin, 26 Oktober 2015

TEORI PEMBELAJARAN TEORI DONALD O. HEBB BELAHAN – BELAHAN OTAK


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Pendahuluan
Donald Hebb lahir 22 Juli 1904 di Chester, Nova Scotia, yang tertua dari empat anak dari Arthur M. dan M. Clara (Olding) Hebb, dan tinggal di sana sampai usia 16, ketika orang tuanya pindah ke Dartmouth, Nova Scotia. Donald Hebb Olding adalah seorang psikolog Kanada yang berpengaruh di bidang neuropsikologi, di mana ia berusaha untuk memahami bagaimana fungsi neuron berkontribusi pada proses psikologis seperti belajar. Dia telah digambarkan sebagai ayah dari neuropsikologi dan jaringan saraf. Tapi Donald, awal kehidupan, tidak punya aspirasi terhadap psikologi atau bidang medis, melainkan, ia ingin menjadi penulis. Ia masuk Universitas Dalhousie bertujuan untuk menjadi novelis. Dia bukan murid yang luar biasa (mata pelajaran yang terbaik adalah matematika dan ilmu pengetahuan) tapi dia lulus dengan gelar Bachelor of Arts pada tahun 1925. Setelah itu, ia menjadi guru, mengajar di sekolah lamanya di Chester. Kemudian, ia menjadi seorang petani di Alberta dan kemudian berkeliling, bekerja sebagai buruh di Quebec. Selama perjalanannya ia bertemu dengan karya Sigmund Freud, William James, dan John B. Watson yang membuatnya mempertimbangkan untuk bergabung dengan bidang psikologi.
Dalam makalah ini akan memaparkan tentang teori belajar yang ditemukan atau dikembangkan oleh Donald O. Hebb tersebut. Karena belajar merupakan suatu perilaku yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia selama hidupnya. Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku seseorang dalam situasi tertentu yang disebabkan oleh “pengalaman berulang” terhadap situasi tersebut. Dalam tinjauan psikologi kognitif belajar diartikan sebagai The process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman hidup yang dialami oleh si pelajar, agar menjadi mandiri. Belajar erat kaitannya dengan pengembangan kognitif (penguasaan intelektual), afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) dan psikomotorik (keterampilan bertindak atau berprilaku). Dalam pandangan pakar psikologi belajar kognitifis adalah keberhasilan belajar yang di ukur oleh kematangan kognisi si pelajar. Dalam hal ini otak sebagai organ tubuh yang berkaitan dengan intelejensi, menjadi sangat dominan sebagai pusat memori. Kognisi didefinisikan sebagai suatu proses mendapatkan, menyusun, dan menggunakan pengetahuan intelektual. Teori belajar kognitif memfokuskan pada peranan “pengertian.” Dengan demikian seseorang akan melakukan pekerjaan mental dan menyimpan potongan potongan informasi di dalam daya ingat untuk didapatkan kembali disuatu waktu kemudian.
Makalah ini akan membahas tentang otak beserta susunan sel di dalamnya, serta fungsi dari masing masing belahan otak (hemisphere) kiri dan kanan. Terlepas dari kekurangan dari tulisan ini, penulis telah berusaha menyajikan pemahamannya dari teori Neuron psychcologi yang dikembangkan oleh Donald Olding Hebb.




BAB II
PEMBAHASAN

1.    BELAHAN BELAHAN OTAK
Otak manusia adalah satu alat di dalam tubuh, yang disamping berfungsi menerima kenyataan dari segala peristiwa dan keadaan di luar badan, juga digunakan untuk: mengingat apa yang pernah dialami, berpikir, merasa, berbicara, menulis, bermain musik, menggambar, bermimpi, mencintai dan menderita. Seluruh aktivitas manusia adalah berawal dari otak. Otak manusia adalah sebutan umum dari semua kelompok pemikiran tentang prilaku manusia. Otak manusia mengandung tidak kurang dari 1011 neuron (sel otak). Otak manusia akan senantiasa berkembang berikut sel selnya sebelum seseorang berusia 50 tahun, dan pada usia tersebut sel otak tidak berkembang lagi. Semakin sering otak bekerja, maka semakin cepat pula pertumbuhan selnya secara normal otak manusia memilki berat 1500 gram dan merupakan terbesar dari semua otak makhluk hidup.
Pada dasarnya otak terdiri dari dua bagian, otak kiri dan otak kanan. Kedua bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Otak kiri berfungsi untuk mengontrol bagian badan sebelah kanan, sementara otak kanan berfungsi mengontrol bagian badan sebelah kiri. Akan tetapi tidak ada jaminan adanya kesamaan antara kedua bagian otak tersebut dalam menangkap dan mentransformasikan sebuah informasi. Jose Silva mengatakan bahwa belahan otak kanan akan bekerja dengan pemikiran santai yang di sebut alfa dengan berdasarkan intuisi yang digerakkan lebih stabil. Sedangkan belahan otak kiri memiliki proses logis, deduktif dan intelektual yang menjadi andalan utama dalam proses pendidikan. Pada tahun 1836 Mac Dax menceritakan bahwa ia telah kehilangan kemampuan bicaranya karena mengalami kerusakan pada bagian otak kirinya, demikian pula yang dialami Paul Broca pada tahun yang sama. Kemudian dikemukakan sebuah asumsi yang mengatakan bahwa hemisphere kanan memiliki kecerdasan yang relatif kurang ketimbang hemisphere kiri. Dengan demikian hemisphere kiri dikatakan lebih dominan (superior) ketimbang hemisphere kanan, tetapi pada akhirnya asumsi itu kurang diyakini kebenarannya setelah adanya beberapa penelitian pada tahun 1962 yang dilakukan oleh bebarapa ahli seperti Mouncastle, Geschwind, Kaplan, Sperry, dan Gazzaniga, yang menyimpulkan bahwa kedua bagian otak memiliki fungsi yang sama pentingnya.
Otak kanan akan lebih dominan ketimbang otak kiri dalam mentransformasikan informasi yang sifatnya non verbal, seperti perhatian, persepsi, dan pengertian. Otak kiri akan lebih dominan dalam mentransformasikan informasi yang sifatnya verbal seperti menulis, membaca, makan, dan sebagainya. Seseorang yang mengalami gangguan pada otak kirinya maka akan kesulitan untuk makan, demikian pula orang yang mengalami gangguan otak kanannya akan kesulitan untuk menjelaskan dan menggambarkan sesuatu.
2.      FUNGSI HEMSPHERE PADA OTAK NORMAL
Para pakar biolagi dan psiologi menemukan kesulitan dalam meneliti sel sel otak manusia, dengan demikian penelitian inovatif psikiatrik dan klinis terus berlanjut. Satu satunya cara untuk meneliti kandungan sel sel otak adalah dengan cara “pembedahan” otak atau cuci otak. Namun pada tahun 1978 rumusan penelitian Ornstein telah memberikan sedikit informasi tentang susunan sel otak secara normal. Metode yang digunakan untuk meneliti sel otak adalah sebagai berikut:
1.      Electroenc ephalo gram (EEG), yang berfungsi untuk mendeteksi aktivitas elektris dengn menggunakan electroda. EEG memiliki alpharytem yang berfungsi menginvestigasi fungsi pembelahan otak Kaplan menyebut EEG dengan Elektroen efelo grafi yang diartikan sebagai teknik pencitraan otak paling klasik yang sampai saat ini masih digunakan dalam ilmu psiologi. EEG pertama kali dikemukakan oleh Hans Berger pada tahun 1929. Penentu utama pada EEG adalah aktivitas listrik dari neuron pada lapisan korteks yang paling atas.
2.      Dichotic Lestening, metode ini selanjutnya dikatakan sebagai metode paling aman untuk mengetahui susunan sel sel otak. Pada prinsipnya setiap bagian dari otak memilki fungsi untuk menyerap informasi yang datang secara independen, seperti belajar, mengingat dan merasa. Hasil penelitian Kimura mengatakan bahwa hemisphere kiri berfungsi untuk menerima informasi dari telinga kanan, dan informasi tesebut bersifat verbal, sedangkan hemisphere kanan menerima informasi dari telinga kiri, dan informasi tersebut bersifat non verbal.
Dalam penelitiannya, Kimura menyuruh seseorang untuk mendengarkan dua suku kata yang diberikan secara bersamaan pada telinga yang berbeda. Kedua suku kata tersebut adalah “ba” dan “ga”. Suku kata “ba” dibisikkan pada telinga kiri, sedangkan kata “ga” pada telinga kanan. Kedua suku kata tersebut dibisikkan secara berulang ulang dalam waktu yang bersamaan. Kemudian suku kata apakah yang diterima oleh otak? Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa suku kata “ga” yang berasal dari telinga kanan yang lebih di tangkap oleh otak. Kesimpulan berikutnya adalah telinga kiri mentransimisikan informasi ke otak (hemisphere) kanan, sedangkan telinga kanan sebaliknya mentransmisikan informasi ke otak (hemisphere) kiri.
3.      SPEKULASI
Penelitian mengenai perbedaaan hemisphere kanan dan kiri telah melahirkan maraknya perdebatan tentang peran otak yang tidak simetri dalam kehidupan sehari hari. Springer dan Deutsch melalui penelitiannya tahun 1985 menggambarkan beberapa spekulasi sebagai berikut: “Riset tersebut menyimpulkan bahwa perbedaan antara hemisphere, menunjukkan adanya tradisi dualisme antara intelektual yang diposisikan berlawanan dengan intuisi, ilmu pengetahuan seni dan logika berlawanan dengan hal yang sifatnya misterius. Penelitian itu juga memberikan pesan pada pengacara dan para artis untuk menggunakan bagian bagian otak secara profesional dalam pekerjaan mereka. Lebih lanjut dikatakan bahwa letak dominannya otak kiri atau otak kanannya seseorang adalah tergantung bagaimana hemisphere membimbing orang tersebut. ”Bogen (1977) mengatakan bahwa adanya dikotomi terhadap proses transimisi informasi itu menunjuk pada intelegensi hemisphere itu sendiri. Selanjutnya ia menjelaskan bagaimana otak kiri (left hemisphere) dan otak kanan (right hemisphere) memproses sebuah informasi.
Melalui teori pembagian belahan otak juga, Casstelluci dan Kandel, serta para penerusnya menyodorkan konsep “Kebiasaan.” Menuurt mereka kebiasaan (reflek) berasal dari menurunnya neuron transmeter dari neuron sensori (panca indra) yang kemudian mengirimkan signal stimulus yang lemah menuju ke motor neuron sehingga menyebabkan gerak refleksifitas organ organ tubuh. Akan tetapi yang tidak jelas dalam teori ini adalah bagaimana neuron transmeter memberi signal lemah pada neuron sensori, sehingga timbul kebiasaan oleh pengulangan yang kemudian disebut dengan sensitisasi.
4.      SEL SEL NYATA DAN SUSUNANNYA
Donald O. Hebb berpendapat bahwa tindakan seseorang berawal dari informasi yang di bawa oleh sel sel yang berada pada syaraf. Jaringan syaraf di bangun oleh sel sel syaraf otak atau “neuron” yang merupakan sistem koordinasi dan sistem kontrol yang “ memberitahukan” kepada bagian-bagian tubuh tentang apa dan kapan sesuatu harus dilakukan. Sel sel syaraf otak atau neuron terdiri dari beberapa struktur sebagai berikut:
a.       Dendrit
Dendrit adalah bagian terdepan dari neuron yang keluar dari badan sel. Dendrit berberfungsi untuk membawa rangsangan dari bagian luar sel kedalam badan sel. Dendrit terdiri dari tiga bagian, yaitu: terminal sinoptik, celah sinoptik, dan pasca sinoptik
b.      Badan Sel
Pada badan sel terdapat granula granula yang menempel pada plasmanya. Dan pada badan sel pula inti sel syaraf berada. Badan sel berfungsi sebagai tempat menerima dan memberi rangsangan dari dan kepada organ organ tubuh atau memberi reaksi dan jawaban pada gerak reflek. Badan sel terdiri dari dua bagian, yaitu: nukleus (inti sel) dan prikaryon (sel pendamping)
c.        Axon
Axon adalah bagian dari neuron yang menghubungkan satu dendrit ke dendrit yang lain serta dari badan sel kepada badan sel yang lainnnya. Axon berfungsi sebagai isolator atau penghantar yang membawa rangsangan dari badan sel kepada bagian-bagian lain sel syaraf. Axon merupakan bagian sel otak yang memilki unsur paling banyak diantaranya adalah segmen awal, hillok, nodus ranvier, dan sarung mielin.


d.      Sinapsis
Sinapsis adalah suatu daerah khusus yang menghubungkan antara dua atau lebih neuron. Secara umum fungsi syaraf otak atau neuron adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai sarana penghubung dengan keadaan luar (fungsi komonikasi)
2.      Sebagai pengatur pekerjaan organ tubuh (fungsi koordinator)
Sedangkan susunan bentuk sel syaraf otak menurut fungsinya adalah terdiri atas tiga bentuk, yaitu:
1.      Sensoris, yang bertugas sebagai pembawa dan penerima rangsangan ke pusat susunan sel syaraf otak.
2.      Motoris, berfungsi sebagai pembawa perintah atau rangsangan dari pusat susunan sel syaraf otak ke suatu otot.
3.      Penghubung, berfungsi untuk menghubungkan neuron yang satu dengan neuron yang lainnya.
5.      HUBUNGAN BARU DALAM PROSES BELAJAR
Donald O. Hebb, mengemukakan satu lagi penemuannya tentang proses belajar. Penemuannya tersebut adalah bahwa proses belajar bisa terjadi dan sangat ditentukan oleh kekuatan hubungan antara “perhatian” dan “objek” yang dipelajari. Semakin kuat hubungan keduanya, maka dimungkinkan proses belajar akan mencapai hasil yang baik. Selanjutnya Hebb mengatakan bahwa output syaraf secara aktif ditentukan oleh dua hal, pertama oleh kekuatan hubungan keduanya (input dan output) dan yang kedua ditentukan oleh besarnya jumlah hubungan keduanya.
6.      KONTRIBUSI TEORI HEBB PADA PENDIDIKAN
Kontribusi yang paling tampak dari teori Hebb adalah konsepnya tentang belajar yang mengedepankan proses kognitif, dengan memperhatikan fungsi sel sel syaraf (neuron) dan jaringan syaraf sebagai alat fundamennya. Berbeda dari pakar psikolog lainnya yang menekankan adanya hubungan antara stimulus dan respon (S R), Hebb mengatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmani), seorang anak yang belajar menulis dengan menggerakkan pena bukanlah semata mata respon atas stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang di atur oleh otak. Meskipun penelitian mahasiswa jurusan psikologi dan ilmu syaraf komtemporer tentang hubungan mendasar antara aktifitas sinopsis dan fenomina otak lebih diterima kebenarannya, namun Hebb diposisikan sebagai peneliti pertama (the first researcher) yang mencetuskan adanya hubungan dan bangunan bentuk bentuk sederhana dari pada proses yang lebih tinggi, yang di bangun oleh peristiwa peristiwa yang saling berhubungan.
Prinsip yang mendasar dari teori belajar Hebb adalah “pengulangan” dan “hubungan”. Dan untuk hal itu menjadi tugas utama bagi sel sel syaraf otak (neuron). Sel sel  syaraf otak akan mampu melakukan tugas utamanya tersebut dengan cara dilatih dan dirangsang. Dengan adanya latihan, maka sel syaraf otak akan berusaha untuk memodifikasi postulat postulat ilmu yang dirumuskan dalam memori otak. Sel (syaraf) otak akan aktif belajar dengan adanya informasi. Teori Hebb pada kenyataannya tidak membutuhkan “proses”, akan tetapi postulat postulat tersebut dapat dipertanggungjawabkan apabila didasarkan pada keyakinan bahwa belajar merupakan usaha untuk mengkondisikan penguataan penguatan (reinforces) menuju proses emosi dan kognitif yang lebih tinggi. Pengulangan pengulang akan membuat pelajar percaya diri dengan konsep konsep baru, lebih penting lagi mengulang akan memberikan kesempatan untuk mengunjungi kembali konsep dengan cara lain, baik secara visual, auditorial, kinestetik maupun melalui kecerdasan yang lain.
Satu hal yang menarik dari temuan Hebb adalah “intelegensi” merupakan aktivitas yang bikameral (memakai kedua belahan otak). Penemuan ini berbeda dengan tesis para ilmuan sebelumnya yang menganggap sistem intuisi otak kanan dan sistem intelek otak kiri sebagai dua sistem yang terpisah dan berbeda. Paul LaViolette dan seorang ahli phisikhiatri menyodorkan teori (sebagai kelanjutan teori Hebb) tentang fungsi otak yang menganggap berpikir logis dan perasaan otak kanan sebagai suatu integrasi (paduan) dalam belajar dan pemecahan masalah.
Teori ini sebagaimana teori Guthire memilki kelebihan tersendiri diantara teori teori psikologi aliran kognitifisme yang lain. Secara ilmiah teori Hebb ini sangat menarik, karena kajiannnya disandarkan pada mekanisme ilmu biologi.
Seperti halnya Tolman, Hebb menunjukkan adanya perbedaan antara motivasi dan belajar, serta kesukaran kesukaran yang menyertai pembagian otak menjadi dua bagian. Teori rangsangannya (arausel) tidak memecahkan kesukaran kesukaran tersebut, namun ia memberikan pemecahan masalah pada hipotesis reduksi gerakan yang dilontarkan Hull yang menerangkan kebiasaan manusia dalam mengurangi gerakan pada satu kesempatan dan menambahnya pada kesempatan lain.
Dengan demikian penelitian Hebb berkonsentrasi pada teori arausel, sensori deprivation, reinforcement dan fear. Belajar merupakan hal yang subyektif, di mana si pelajar akan mengadakan perubahan perubahan penting pada tingkat intelegensinya. Hebb telah memberikan peran yang besar dalam memberikan motivasi belajar.
7.      ANALISA
Donald O. Hebb bukanlah psikolog pertama yang menempatkan otak sebagai alat belajar. Penemuannya tentang asosiasi antara ranah ranah otak yang saling berhubungan dengan aktif tidak berbeda dengan hasil penelitian Pavlov. Hebb bisa dikatakan sebagai penerus psikolog aliran kognitifis yang meneruskan penemuan Pavlof tentang analisa area yang luas (otak) menuju penelitian pada area yang lebih kecil (sel syaraf atau neuron), meskipun Hebb tetap menghargai prinsip umum yang digunakan oleh Pavlov.
Teori Hebb menitikberatkan pada penemuan penemuan ilmu syaraf. Meskipun demikian, Hebb memulai teorinya dengan langkah spekulatif yang tinggi, demikian pula kesimpulan penelitiannya (teorinya) masih bersifat spekulatif dan belum menjadi teori penyelesaian (resmi). Penemuan Hebb tentang transmisi kimia dalam sel sel syaraf, dasar dasar fisiologi dan penguatan struktur sel sel syaraf, di pandang tidak relevanm dengan model dasar dalam ilmu pengetahuan tentang otak.
Guinlan (1991) mengindikasikan bahwa teori Hebb tentang postulat fisiologi syaraf, merupakan hal yang eksklusif dan statis, sedangkan sistem syaraf menurut Guinlan sifatnya dinamis dan terus bertambah ketika sel sel syaraf tersebut saling berhubungan. Dalam pandangan penulis, kedua belahan otak memiliki arti yang sama pentingnya, dengan demikian pemanfaatan keduanya harus “seimbang” dalam setiap aspek kehidupan. Dengan demikian belajar menjadi hal yang mudah apa bila kedua belahan otak tersebut dapat dimanfaatkan secara bergantian, dengan memilih belahan otak mana yang diperlukan dalam masing masing permasalahan yang dihadapi. Pemanfaatan fungsi otak yang tidak seimbang, akan menyebabkan seseorang menjadi stress, dan kesehatan mental dan fisiknya menjadi buruk.
Hebb mengatakan bahwa tinggi rendahnya IQ seseorang tidak ditentukan oleh faktor keturunan, akan tetapi ditentukan oleh latihan latihan penggunaan fungsi otak. Teori ini melahirkan kesimpulan bahwa siswa yang memilki tingkat IQ yang tidak terlalu tinggi, akam memiliki kesempatan memperoleh hasil belajar yang sama dengan siswa yang memiliki tingkat IQ tinggi, tentu saja hal tersebut melalui latian latian yang intensif. Brain research memastikan bahwa pengalaman konkrit, pengalaman yang kompleks dan beraneka warna sangat esensial dalam proses belajar mengajar. Siswa perlu memahami secara baik pola pola yang lebih besar dari keseluruhan objek kajian, karena setiap bagian dari sesuatu yang melekat pada keutuhannya dimana satu subyek akan terkait dengan subyek subyek yang lain. Apa yang harus dikuasai oleh siswa adalah pemahaman yang bermakna. Otak berfungsi sebagai detektor yang bekerja secara dinamis serta memahami suatu subyek sebagai hasil dari pemahamannya tentang hubungan dari berbagai faktor.
8.      APLIKASI TEORI DONAL O. HEBB (NEURO PSYCHOLOGI) DALAM PENDIDIKAN
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Donald O. Hebb (teori neuro psychologi) telah banyak memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu biologi dan fisiologi, meskipun dalam tataran ilmiah metode eksprimennya masih tergolong lemah. Dalam kelompok teori belajar, metode Hebb tergolong pada metode yang mendasarkan kemampuan belajar pada peran kognitif yang tinggi. Model ini berorentasi pada kemampuan siswa dalam memproses informasi melalui sistem otak dal sel sel syarafnya. Proses informasi tersebut berkaitan dengan pengumpulan atau penerimaan stimuli dari lingkungan, pengorganisasian data, pemecahan masalah, serta penggunaan symbol symbol verbal dan non verbal. Model ini berkenaan juga dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berfikir yang produktif, serta sangat erat kaitannya dengan kemampuan intelektual secara umum (general intellectual ability).
9.      STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL DONAL O.HEBB.
Dalam mengaplikasikan teori Hebb dalam pendidikan, maka dapat diambil sebuah pendekatan strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.       Mengajar dengan metode induktif, metode ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan membentuk teori (memberikan symbol symbol). Metode ini banyak dianut oleh praktisi pendidikan, meskipun dalam pandangan Popper metode ini telah memisahkan sains dengan filsafat ilmu pengetahuan, yang akhirnya akan membuat jarak antara penemuan ilmiah dengan kecenderungan menelaah sebuah teori.
b.      Latihan inquiri, pada prinsipnya latihan ini memilki tujuan yang sama dengan metode induktif, akan tetapi letak perbedaannya adalah pada proses mencari dan menemukan informasi yang diperlukan.
c.       Inquiri keilmuan, metode ini menitikberatkan pada penelusuran kesimpulan melalui pendekatan penelitian secarah ilmiah. Tujuan dari strategi ini adalah mengajarkan metode metode penelitian dalam disiplin ilmu serta mengembangkan domain psikomotorik dan afektif disamping domain kognitif yang menjadi dasar dalam pengembangannya.
d.      Pembentukan konsep, cara ini bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir induktif dan kemampuan melakukan analisis.
e.       Pengembangan, hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan aspek aspek sosial dan moral peserta didik.


BAB III
KESIMPULAN

Pada dasarnya otak terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kiri (left hemisphere) dan otak kanan (right hemisphere). Otak kiri cenderung memeperhatikan hal hal yang sifatnya verbal, sedangkan otak kanan cenderung memperhatikan hal hal yang sifatnya non verbal. Kedua belahan otak tersebut akan bekerja secara bersama-sama, meskipun volumenya berbeda. Apabila otak kiri lebih dominan, maka otak kanan akan lambat bekerja, demikian pula sebaliknya. Penelitian Donald O. Hebb yang melahirkan teori neuro psychologi telah banyak memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan, khusunya dalam disiplin ilmu "teori belajar”.


DAFTAR PUSTAKA

Bobbi DePorter, dkk. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang ruang Kelas,terj. Ary Nilandari, (Bandung: Mizan Media Utama, 2001)

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta)

Hergenhahn,B.R dan Olson, Metthew H. (1997). Theories of learning, 5th  edition, New Jersey : Prentice Hall International, Inc

http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/IP/Hebb.html. Di download, tanggal 20 November 2011. Pukul 21.12 WIB

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta :RajaGrapindo Persada, 2003)

Nana Sudjana, Dasar dasar Proses Belajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989)

Willian Berkson dan John Wettersten, Psikologi Belajar dan Filsafat Ilmu Karl Popper, terj. Ali Noer Zaman, Yogyakarta: Qalam, 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar