BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1)
dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan
merupakan salah satu upaya manusia untuk meningkatkan derajat kehidupan.
Melalui pendidikan manusia mampu berkreasi dan mengeksplorasi pemikiran untuk
menuju kualitas hidup menjadi lebih baik.. Pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kepada
masyarakat dan bangsa (Soenarjo, 2002: 1).
Gerak
sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan
dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan
dengan aspek kemampuan dalam berpikir. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
di sekolah merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan,
bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan
bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang
direncanakan secara sistimatis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional
(Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 5).
Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) berperan sangat penting bagi
peserta didik. Hal tersebut merupakan suatu proses pembentukan jasmani yang
sangat diperlukan siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi
masa depan anak. Pada proses belajar mengajar Penjasorkes, peserta didik diberikan kesempatan untuk
terlibat langsung dalam kegitan. Hal ini akan menjadi pengalaman belajar yang
tak terlupakan. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina
pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk
pola hidup sehat dan bugar sepanjang hidup.
Pendidikan
jasmani yang dilakukan di Sekolah Dasar merupakan tahapan pembinaan kebugaran
jasmani bagi manusia. Pembinaan dan pengembangan kebugaran jasmani adalah suatu
proses pendidikan dan pembudayaan untuk memelihara kebugaran jasmani yang
dilaksanakan melalui jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah. Tujuan yang
terkandung dalam pembinaan dan pengembangan kebugaran jasmani antara lain peningkatan kemampuan untuk mendukung
peningkatan produktivitas kerja, dan prestasi belajar. Apabila pembinaan
dilaksanakan dan didukung oleh pemenuhan gizi yang baik niscaya hasil pembinaan
akan dapat tercapai. Berhasilnya pembinaan kebugaran jasmani di Sekolah Dasar
akan membawa dampak yang baik bagi kebugaran jasmani masyarakat, misalnya
peningkatan prestasi belajar. Melalui pendidikan jasmani di Sekolah Dasar
aktivitas jasmani anak akan tersalurkan. Sebut saja pendidikan jasmani adalah
sebagai wadah anak beraktivitas jasmani di lingkungan sekolah. Melalui
aktivitas jasmani yang baik kebugaran jasmani anak akan berkembang. Melihat
dalam aktivitas jasmani anak di sekolah terbatas, hanya pada saat istirahat dan
pada jam pelajaran olahraga. Pendidikan jasmani mengambil peran untuk memberikan
atau menyalurkan aktivitas jasmani anak di Sekolah Dasar.
Pembelajaran
penjasorkes di sekolah dasar memiliki tujuan untuk mengembangkan keterampilan
gerak anak dan kebugaran jasmani anak. Kebugaran jasmani anak merupakan salah
satu indikator guru untuk penilaian peserta didik dalam pembelajaran. Sehingga
kebugaran jasmani peserta didik merupakan salah satu faktor utama dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar dan didukung
oleh aspek-aspek yang lain. Mengingat karakteristik penjasorkes merupakan
pembelajaran fisik, maka kebugaran jasmani peserta didik menjadi tolak ukur
dalam menentukan keberhasilan hasil pembelajaran.
Kebugaran
jasmani yang baik merupakan modal dasar utama bagi seseorang untuk melakukan
aktivitas fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang
baik maka diharapkan seseorang akan mampu bekerja dengan produktif dan efisien,
tidak terserang penyakit, belajar lebih semangat serta dapat berprestasi secara
optimal, dan tangguh dalam menghadapi kehidupan yang penuh tantangan, baik
sebagai pelajar, mahasiswa, karyawan, ataupun olahragawan. Dengan kebugaran
jasmani yang baik maka tubuh juga akan sehat. Tidak boleh dihilangkan semboyan
“didalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat”, dapat diasumsikan jika
tubuh merasakan sehat dan bugar maka anak relatif berpikir positif dalam
memecahkan masalah. Jadi secara tidak langsung akan mendukung dalam
melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.
Pengembangan
kebugaran jasmani di Sekolah Dasar dilaksanakan dalam berbagai macam aktivitas
jasmani. Salah satu dari usaha tersebut adalah melalui aktivitas permainan.
Aktivitas permainan merupakan salah satu bentuk aktivitas jasmani untuk
pembentukan kebugaran jasmani di Sekolah Dasar pada khususnya dalam
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Permainan pada dasarnya
merupakan unsur yang melekat erat pada kehidupan anak-anak. Dalam kehidupan
sehari-hari, mereka mengembangkan diri berdasarkan keterlibatan mereka dalam
permainan dan aktivitas ritmik, baik secara disadari ataupun tidak disadari.
Pada masa anak-anak, bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan dan cenderung merupakan kebutuhan dasar yang hakiki. Bahkan para ahli
pendidikan mengatakan bahwa anak-anak identik dengan bermain, karena hampir
semua hidupnya tidak lepas dari bermain. Bermain dapat menimbulkan keriangan,
kelincahan, relaksasi dan harmonisasi, sehingga seseorang cenderung bergairah.
Kegairahan dapat memudahkan timbulnya inspirasi, sehingga anak-anak dapat
dengan mudah melakukannya, tanpa harus ada paksaan dan hambatan (Syamsir, 2001:
24).
B.
Perumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan kebugaran jasmani?
2. Apa
yang dimaksud dengan permainan?
3. Apa
hubungannya permainan dengan kebugaran jasmani?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kebugaran Jasmani
a.
Hakikat
Kebugaran Jasmani
Kebugaran
jasmani merupakan modal utama bagi semua kehidupan manusia. Olahragawan
membutuhkan tingkat Kebugaran jasmani yang baik untuk dapat membantu
tercapainya prestasi olahraga yang tinggi, para pekerja, karyawan membutuhkan
kebugaran jasmani yang cukup untuk bekerja dengan baik, sehingga dapat
meningkatkan daya kerja dan produktifitas yang tinggi tak terkecuali para
manusia lanjut usia juga membutuhkan Kebugaran jasmani untuk kesehatannya.
Demikian juga para anak balita maupun anak-anak sekolah membutuhkan tingkat
Kebugaran jasmani yang lebih baik untuk perkembangannya dan untuk dapat belajar
dengan baik. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik diharapkan mampu
untuk berfungsinya tubuh secara efektif dan efisien untuk tahan terhadap
penyakit kurang gerak (hipokinesis).
Menurut Djoko
Pekik Irianto (2004: 10) bahwa, “kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang
melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang
berlebihan sehingga dapat menikmati waktu luangnya”. Sedangkan Sadoso
Sumosardjuno (1989: 42) menyatakan bahwa, “kebugaran jasmani adalah kemampuan
seseorang untuk menunaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa lelah
yang berlebihan, serta mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu
senggangnya dan untuk keperluan mendadak”. Dari sumber lain Rusli Lutan (2002:
7) mengemukakan bahwa, “makna kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan
adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan
kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas.” Kebugaran itu dicapai melalui sebuah
kombinasi dari latihan teratur dan kemampuan yang melekat pada seseorang. Menurut Sharkey (2003: 3) bahwa, “kebugaran jasmani
merupakan bagian dalam pemeliharaan kesehatan, semakin tinggi tingkat kebugaran
jasmani seseorang, maka akan semakin baik tingkat kesehatan seseorang”.
Kebugaran
jasmani (physical fitness) adalah
satu aspek dari kebugaran menyeluruh (total
fitness). Kebugaran jasmani penting bagi semua orang untuk menjalani
kehidupan sehari-hari. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik orang
akan mampu melaksanakan aktivitas kesehariannya dengan waktu yang lebih lama
dibanding dengan orang yang memiliki kebugaran jasmani yang rendah (Suharjana,
2004: 3) Pada dasarnya kebugaran
jasmani menyangkut kemampuan penyesuaian tubuh seseorang terhadap perubahan
faal tubuh yang disebabkan oleh kerja tertentu dan menggambarkan derajat sehat
seseorang untuk berbagai tingkat kesehatan fisik. Sedangkan Mikdar (2006: 45) berpendapat bahwa, “kebugaran
jasmani menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengerjakan tugas secara fisik
pada tingkat moderat tanpa lelah yang berlebihan”.
Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa setiap aktivitas fisik (fisik
mendapat pembebanan) dibutuhkan suatu tingkat kebugaran jasmani yang didukung
oleh faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah kebugaran jasmani. Kebugaran
jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan kehidupan yang
produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap-tiap aktivitas fisik. Dapat
diketahui bahwa untuk dapat melakukan suatu kerja diperlukan kondisi jiwa raga
yang sesuai dengan tingkat kerja tersebut. Merujuk pada pendapat
para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan kebugaran jasmani adalah kemampuan
untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa kelelahan yang
berarti dan masih dapat menikmati waktu luangnya serta dalam keadaan darurat
masih mampu melakukan pekerjaan yang tidak terduga. Kebugaran jasmani (physical fitness) merupakan satu aspek
dari Kebugaran jasmani menyeluruh (total
fitness). Kebugaran jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk
melakukan pekerjaan produktif sehari-hari tanpa adanya kelelahan berlebihan dan
masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik
maupun melakukan pekerjaan yang mendadak.
b.
Komponen
Kebugaran Jasmani
Kebugaran
jasmani terdiri atas beberapa komponen. Mengetahui dan memahami komponen
kebugaran jasmani sangatlah penting, karena komponen tersebut penentu baik
buruknya kondisi fisik atau tingkat kebugaran jasmani seseorang. Menurut Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Tahun
2003, menjelaskan unsur-unsur kebugaran jasmani atau kondisi fisik ada sepuluh
komponen, yaitu: (1) daya tahan, (2) kekuatan otot, (3) tenaga ledak otot, (4)
kecepatan, (5) daya lentur, (6) ketangkasan, (7) koordinasi, (8)
keseimbangan, (9) ketepatan, (10)
kecepatan reaksi.
a.
Daya tahan
Daya tahan adalah komponen kubugaran jasmani yang
sangat penting. Daya tahan sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Daya Tahan Umum (General endurance), adalah
kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan sistem
peredaran darahnya secara efektif dan efisiensi untuk menjalankan kerja otot
dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
2) Daya Tahan Otot (Local Endurance), adalah
kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus
menerus dalam waktu relatif lama serta dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1988 :
16). Sedangkan Djoko Pekik Irianto (2004: 35)
mengartikan bahwa, “daya tahan otot adalah kemampuan sekelompok otot melakukan
serangkaian kerja dalam waktu lama”.
Jadi dapat ditarik kesimpulan dari
keduanya yaitu daya tahan adalah kualitas komponen jantung dan otot untuk melaksanakan
kerja dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dapat bermanfaat bagi peserta didik
untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran di sekolah. Contohnya dalam
melaksanakan proses pembelajaran dalam satu hari peserta didik tidak mengalami
kelelahan yang berarti dan tetap bersemangat dalam menyelesaikan proses
pembelajaran.
b.
Kekuatan otot
Kekuatan
otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja dengan
dengan menahan beban yang diangkatnya (Mochamad Sajoto, 1988: 45). Menurut
Djoko Pekik Irianto (2004: 35) bahwa, “kekuatan otot adalah kemampuan
sekelompok otot melawan beban dalam satu usaha”. Kekuatan otot adalah kemampuan
otot-otot untuk menggunakan tenaga maksimal atau mendekati maksimal untuk
mengangkat beban (Kravitz, 2001: 6).
Dari
beberapa pendapat ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan otot adalah
kemampuan sekelompok otot dalam melakukan kerja atau melawan beban untuk
menggunakan tenaga maksimal dalam satu usaha. Dapat dicontohkan dalam melakukan
suatu pekerjaan mengangkat beban.
c.
Tenaga ledak
otot
Tenaga ledak otot adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif (Dangsina Moeloek,
1984: 7). Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (power) =
kekuatan (force) x kecepatan (velocity). Seperti dalam lompat
tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang bersifat explosive (M.
Sajoto, 1988 : 17). Aplikasi di lapangan adalah pada saat peserta didik
melaksanakan kegiatan bermain dan berlari.
d.
Kecepatan
Menurut
Mochamad Sajoto (1988: 58) bahwa, “kecepatan sebagai kemampuan seseorang dalam
melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu
sesingkat-singkatnya”. Kecepatan berguna untuk peserta didik untuk berpindah
tempat dengan waktu yang cepat. Contohnya pada saat melaksanakan lari cepat
atau sprint.
e.
Daya lentur
(Kelentukan)
Kelentukan
adalah kemampuan persendian, ligamen, dan tendo di sekitar persendian, karena
apabila seseorang mengalami kurang gerak dalam persendiannya dapat menimbulkan
gangguan gerak dan mudah menimbulkan cedera (Mochamad Sajoto, 1988: 51).
Sedangkan Dangsina Moeloek (1984: 9)
berpendapat bahwa, “Kelenturan
menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu
persendian jadi meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang
berbentuk sendi), otot, tendo, ligamen, dan sekeliling persendian.”
Dari
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan daya lentur atau kelentukan adalah
kinerja otot atau persendian untuk memaksimalkan kerja agar dapat menjadikan
pekerjaan lebih efektif. Contohnya anak akan merasa nyaman dalam melakukan
gerakan berjalan, berlari, melompat, dan meloncat.
f.
Ketangkasan atau
kelincahan
Ketangkasan adalah kemampuan mengubah secara cepat
arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. (Dansigna
Moeloek, 1984: 8). Seseorang akan mampu merubah satu posisi yang berbeda dalam
kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahan baik. Menurut
Mochamad Sajoto (1988: 59) kelincahan merupakan kemampuan seseorang dalam
merubah arah dari posisi satu ke suatu posisi yang berbeda dengan kecepatan
tinggi dan koordinasi yang baik.
g.
Koordinasi
Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai
faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Misalnya dalam olahraga tenis,
seseorang pemain akan kelihatan mempunyai kordinasi yang baik, bila dapat
bergerak kearah bola sambil mengayunkan raket, kemudian memukul dengan teknik
yang benar (Dangsina Moeloek, 1984: 11). Sedangkan Mochamad
Sajoto (1988, 54) mengartikan bahwa, “koordinasi dengan kemampuan untuk
menyatukan berbagai sistem saraf gerak yang terpisah ke dalam satu pola gerak
yang efisien”.
Dari
pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan koordinasi adalah kemampuan
tubuh untuk menyatukan sistem saraf gerak dan mengharmoniskan dari beberapa
gerakan untuk melaksanakan gerakan. Contohnya anak dapat melakukan dua atau
lebih gerakan yang berbeda dalam waktu tertentu.
h.
Keseimbangan
Mochamad
Sajoto (1988: 58) berpendapat bahwa,
“keseimbangan sebagai kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ
saraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat, dengan perubahan letak
titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun
lebih-lebih dalam gerak dinamis”. Sedangkan Dangsina Moeloek (1984: 11) berpendapat bahwa
“Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada
saat melakukan gerakan. Bergantung pada kemampuan intregasi antara kerja indera
penglihatan (kanalis semisirkularis) pada telinga dan reseptor pada
otot.yang diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa keseimbangan adalah kemampuan manusia dalam mempertahankan sikap tubuh
dalam bergerak cepat dengan perubahan titik-titik badan yang berubah dalam
keadaan yang statis maupun dinamis. Contohnya dalam berlari dan berjalan anak
tidak akan mengalami kesulitan dalam merubah arah.
i.
Ketepatan
Menurut
Mochamad Sajoto (1988: 59) bahwa, “ketepatan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran”. Ketepatan berguna
untuk anak dalam melaksanakan kegiatan yag berhubunga dengan sasaran. Contohnya
dalam melempar bola ke sasaran.
j.
Kecepatan reaksi
Kecepatan Reaksi adalah waktu tersingkat yang
dibutuhkan untuk memberi jawaban kinetis setelah menerima suatu rancangan. Hal
ini berhubungan serta dengan waktu refleks, waktu gerakan, dan waktu respon
(Dangsina Moeloek, 1984: 10).
Dari kesepuluh komponen kebugaran jasmani diatas, tidaklah berarti
seseorang harus dapat mengembangkan secara keseluruhan. Tiap-tiap manusia
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena kemampuan seseorang dipengaruhi
oleh banyak hal, seperti keturunan, jenis kelamin, lingkungan, aktivitas
latihan, struktur anatomi dan lain-lain, dengan demikian, tidaklah mengherankan
bahwa komponen tersebut sangat berbeda perkembangannya antara individu yang
satu dengan yang lain.
c.
Faktor-faktor
Kebugaran Jasmani
Menurut Suharjana (2008: 14) bahwa, “ faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kebgaran jasmani seseorang adalah sebagai berikut: (1) umur, (2) jenis
kelamin, (3) makanan, (4) tidur dan istirahat, (5) kegiatan jasmani dan
olahraga.” Sedangkan menurut Engkos Kosasih (1983: 141) berpendapat bahwa,
“Faktor kebugarab jasmani yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani
seseorang, yaitu: (1) makanan, (2) olahraga, (3) usia, (4) kebiasaan hidup, (5)
faktor lingkungan.
d.
Macam-macam
Tes Kebugaran Jasmani
Dalam mengukur
tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
tes kesegaran jasmani antara lain:
1)
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).
Kegunaan
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) ini adalah untuk mengukur dan menentukan
tingkat kebugaran jasmani. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ini merupakan tes
tergolong yaitu TKJI untuk anak umur 6-9 tahun, TKJI untuk anak umur 10-12
tahun, TKJI untuk anak umur 13-15 tahun, dan TKJI untuk anak umur 16-19 tahun.
Kegunaan dari Tes kesegaran Jasmani Indonesia ini adalah untuk mengukur dan
menentukan tingkat kebugaran jasmani anak. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
untuk anak laki-laki dan perempuan berupa serangkaian tes yang terdiri dari
Lari 30/40/50, Gantung siku tekuk, Baring duduk 30/60, dan Lari 600/1000. - Selain
itu ada TKJI untuk murid taman kanak-kanak laki-laki dan perempuan yang terdiri
dari 6 item yaitu: (1) memindahkan beban 2 x 10 Kg, (2) lompat kangguru 2 x 10
meter, (3) lari bolak-balik, (4) lompat terobos 2 x 10 meter, (5) lari zig-zag
2 x 10 meter, (6) meniti balok titian. TKJI untuk umur 6-9 tahun yang terdiri
dari lari 30 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan
lari 600 meter. TKJI untuk 10-12 tahun adalah lari 40 meter, gantung siku
tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegakdan lari 600 meter. TKJI untuk remaja
umur 13-15 tahun terdiri dari lari 50 meter, gantung siku tekuk, baring duduk
60 detik, loncat tegak dan lari 800 meter. TKJI untuk remaja usia 16-19 tahun
terdiri dari test kekuatan otot, test
anaerobic power, tes daya tahan kardiovaskuler.
2)
Harvard
Step Test
Tes
ini bertujuan untuk megukur fungsi kardiovaskuler dengan naik bangku Harvard.
Hampir sama dengan Step Test dan Kasch Pulse Recovery Test.
Tetapi Harvard Step Test lebih berat karena itu peserta tes harus
betul-betul dalam keadaan sehat yang dinyatakan oleh dokter.
3)
Multi Stage Fitness Test/Bleep Test
Cara
yang tepat untuk mengetahui komponen daya tahan dengan melalui tes. Salah
satubentuk tes lapangan yang digunakan untuk mengetahui VO2max
adalah
Multi Stage Fitness Test. Dibanding dengan tes Cooper dan Blake,
pelaksanaan tes ini relatif lebih mudah dan menggunakan areal yang tidak
terlalu luas. Tes ini dapat diakukan secara massal.
4)
Lari 12 menit
Melakukan
lari 12 menit tidak boleh berhenti, akan tetapi jika lelah boleh diselingi
dengan jalan. Jarak yang ditempuh selama 12 menit tadi diukur berapa kilometer
yang ditempuh. Untuk mengetahui seseorang dalam kategori baik atau sedang dapat
dilihat dalam daftar/tabel. Tabel tersebut dibagi menjadi kelompok umur, wanita
atau pria dan kategori kesegaran jasmaninya dikategorikan menjadi lima kategori
yaitu: sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali. (Mulyana, 2011:30)
5)
Tes A.C.S.P.F.T
Tes
ini diperuntukkan bagi putera dan puteri yang berumur 6-32 tahun. Adapun
rangkaian tes tersebut adalah:
a)
Lari cepat 50 meter (dash sprint)
b)
Lompat jauh tanpa awalan (standing
brost jump)
c)
Lari jauh (distance run). Jaraknya
adalah: 600 m (untuk putra dan putri yang berumur kurang dari 12 tahun), 800 m
(untuk putri yang berumur dari 12 tahun ke atas), 1000 m (untuk putra yang
berumur 12 tahun ke atas)
d)
Bergantung angkat badan (pull-up untuk
putra berumur 12 tahun ke atas). Bergantung siku tekuk (flexed arm hang,
untuk putri dan untuk putra yang berumur kurang dari 12 tahun.
e)
Kekuatan peras (grip strength)
f)
Lari hilir-mudik (shuttle run) 4
X 10 meter.
g)
Baring duduk (sit-up) selama 30
detik.
h)
Lantuk togok ke muka (Forward flexion
of trunk) (Aip Sarifudin dan J. Matakupan, 1979: 34)
B.
Definisi
Permainan
1.
Hakikat
Bermain
Dunia anak
adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak sebagian besar waktunya
dihabiskan dengan aktivitas bermain. Bermain merupakan hal yang penting bagi anak-anak
sebagai media belajar. Tadkiroatun Musfiroh (2008: 1) menyatakan bahwa bermain
adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenangan dan tanpa mempertimbagkan
hasil akhir. Bermain sangat penting buat peserta didik dimana usia sekolah
dasar masih masuk kategori usia anak-anak. Para ahli sependapat peserta didik
harus bermain agar dapat berinteraksi guna belajar mengkreasikan pengetahuan
yang didapatkan dilingkungan sekolah.
Berdasarkan
pendapat diatas maka disimpulkan bahwa bermain adalah suatu aktivitas jasmani
yang dilakukan oleh individu dengan sungguh-sungguh dan sukarela untuk
mendapatkan rasa senang sebagai akibat dari aktivitas tersebut.
2.
Teori
Bermain
Teori bermain
pada umumnya dibeadakan menjadi dua, yaitu teori klasik dan teori modern. Terdapat
perbedaan yang mendasara pada kedua teori tersebut. Masing-masing teori
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjelaskan bermain dan penyebabnya.
Johnson (Tedjasaputra, 2005: 6) membuat dua perbandingan tentang teori bermain
yaitu teori bermain klasik dan teori bermain modern. Adapun perbandingan
tersebut dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Teori
Klasik Tentang Aktivitas Bermain
Tokoh
|
Teori
|
Tujuan
|
Schiller/Spencer
|
Surplus
energi
|
Mengeluarkan
energi berlebih
|
Lazarus
|
Rekreasi
|
Memulihkan
energi
|
Hall
|
Rekapitulasi
|
Memunculkan
insting nenek moyang
|
Gross
|
Praktis
|
Menyempurnakan
insting
|
3.
Jenis-jenis
Permainan
Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang dilaksanakan di sekolah, khususnya sekolah
dasar, terdiri dari beberapa macam aktivitas. Salah satu di antaranya adalah
permainan. Terdapat jenis-jenis permainan anak yang dikelompokkan menjadi
beberapa kategori terkait dengan cara melakukannya dan bahan/peralatan yang
digunakan untuk bermain. Jenis-jenis permainan tersebut yaitu quiet play, creative play, active play,
cooperative play, dramatic play, dan manipulative play (http://www.nncc.org/Curriculum/better.play.html).
a.
Quiet
play
Quiet
play
adalah aktivitas permainan yang tidak membutuhkan banyak energi atau ruang.
Anak biasanya menikmati jenis permainan ini ketika lelah. Contohnya yaitu
membaca buku, mendengarkan musik yang menenangkan, bermain puzzle, bermain boneka, dan mewarnai. Permainan ini membantu
meningkatkan keterampilan kognitif anak dengan menawarkan kesempatan, ruang dan
waktu untuk belajar mengenai dunia dan mencerminkan pada penemuannya.
b.
Creative
play
Creative
play
adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas seperti akting,
menggambar, melukis, mengecat, dan memahat. Kadang permainan ini adalah
permainan imajiner, seperti ketika anak bermain dengan teman imajiner, yang
berarti bahwa keterampilan kognitifnya meningkat saat anak menciptakan dunia
untuk dirinya sendiri.
c.
Active
play
Active
play
mencakup aktivitas yang membutuhkan gerak fisik dan membuat anak membakar
energinya. Permainan ini akan meningkatkan perkembangan fisik anak karena anak
mendapat kesempatan untuk menggunakan otot serta mengembangkan keterampilan
motorik kasar, keterampilan motorik halus, koordinasi umum, dan keseimbangan.
Permainan ini juga mengembangkan keterampilan sosial anak, misalnya bermain
suatu permainan olahraga atau bermain dengan tim yang juga membantu
meningkatkan keterampilan sosial dan emosionalnya.
d.
Cooperative
play
Cooperative
play selalu melibatkan lebih dari satu orang, sehingga
anak harus menggunakan keterampilan sosial ketika bermain dengan bekerja sama.
Jenis permainan ini juga membantu anak meningkatkan keterampilan kognitif dan
sosialnya. Dalam mempelajari peraturan baru, anak harus berpikir mengenai
harapan masyarakat umum dan menyesuaikannya dengan pandangannya. Anak juga
harus belajar untuk menjaga perasaan atas kekalahan dan gembira atas kemenangan
dalam tingkat yang layak, sehingga meningkatkan pengembangan keterampilan
emosionalnya.
e.
Dramatic
play
Dramatic
play
adalah jenis permainan di mana anak menggunakan imajinasinya untuk menjadi
karakter yang berbeda atau tinggal dalam dunia yang dibuatnya. Dramatic play adalah bentuk canggih
permainan yang melibatkan keterampilan kognitif, sosial dan emosional yang
mensyaratkan anak untuk bermain denggan orang lain, termasuk teman imajiner,
dan bentuk-bentuk benda lain seperti boneka dan mainan. Permainan ini mungkin
melibatkan orang lain atau dilakukan sendiri oleh anak.
f.
Manipulative
play
Manipulative
play
adalah permainan yang melibatkan penggunaan tangan, otot, dan mata. Jenis
permainan ini membantu mengembangkan koordinasi dan berbagai macam keterampilan.
Misalnya bermain dengan puzzle,
mengecat, menggunting, bermain boneka, dan membangun balok.
Selanjutnya
Belka (2000: 22-30) menjelaskan bahwa bentuk/jenis permainan dapat
diklasifikasikan ke dalam lima jenis permainan yaitu: (1) permainan sentuh (tag games), (2) permainan target (target games), (3) permainan net dan
dinding (net and wall games), (4) permainan serangan (invasion
games), dan (5) permainan lapangan (Fileding Games).
a.
Permainan Sentuh (Tag Games)
Permainan
sentuh merupakan sebuah bentuk permainan strategis yang sederhana namun sangat
berguna untuk mengembangkan dasar-dasar strategi. Tujuan permainan ini adalah
untuk bergerak, mengubah arah, dan mengecoh, yang bertujuan agar dapat: (a)
menyentuh lawan atau dapat menyebabkan lawan kehilangan kendali terhadap
objeknya, (b) menghindari sentuhan lawan atau menghindari gangguan lawan
terhadap objek yang sedang dikendalikannya. Beberapa contoh bentuk permainan
sentuh adalah kucing-kucingan, hijau-hitam, katak-bangau, ular-ularan dan
sebagainya.
b.
Permainan Target (Target Games)
Permainan
target merupakan sebuah bentuk permainan akurasi penyampaian objek pada sasaran
atau target. Tujuan permainan ini adalah akurasi penyampaian objek pada
sasaran. Skill yang dilibatkan dalam permainan ini pada umumnya
dilakukan secara pasif atau cenderung bersifat close skill. Contoh
dari bentuk permainan target ini adalah bowling, golf, panahan, memukul,
menendang, dan melempar bola pada target.
c.
Permainan Net dan Dinding (Net and
Wall Games)
Permainan
net dan dinding merupakan sebuah permainan yang melibatkan kemampuan gerak dan
mengendalikan objek agar susah dimiliki lawan atau susah dikembalikan lawan ke
dinding. Pemain pada permainan ini harus mampu mengendalikan daerahnya.
Bergerak di dalam daerahnya untuk menempatkan dirinya pada posisi yang
strategis yang dapat menghalau kembali pukulan atau lemparan lawan. Contoh
bentuk permainan ini adalah tenis, squash, badminton, bola volli dan tenis
meja.
d.
Permainan Serangan (Invasion Games)
Permainan
ini lebih memfokuskan perhatiannya pada pengendalian objek pada daerah
tertentu. Permainan ini meliputi permainan yang sederhana seperti permainan
merebut bola. Bentuk permainan ini bisa
dianggap lebih komplek. Pada permainan lebih komplek ini, satu tim berusaha mengendalikan
bola bergerak menuju sasaran (misalnya membuat gol), menyerang atau melewati
lawan. Contoh bentuk permainan serangan ini adalah sepak bola, rugby, American Football dan sebagainya.
e.
Permainan Lapangan (Fileding Games)
Permainan
ini biasanya sebuah objek dikirimkan pada sebuah tempat atau daerah tertentu
dan pengirim berusaha lari ke tempat tertentu dan bahkan mungkin terus lari
sampai kembali lagi ke tempat semula sebelum pemain penangkap bola dapat
menangkap bola dan mengirimkannya lagi ke tempat semula. Beberapa contoh
permainan lapangan adalah soft ball, base ball, kasti, ronders, dan bola
bakar.
Selain
dari pengertian di atas sering dikenal juga permainan tradisional, permainan
modern. Permainan tradisional adalah perbuatan untuk menghibur hati baik yang
mempergunakan alat ataupun tidak mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud
tradisional adalah segala sesuatu yang dituturkan atau diwariskan secara turun
temurun dari orang tua atau nenek
moyang. Jadi permainan tradisional adalah segala perbuatan baik mempergunakan
alat atau tidak, yang diwariska secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai
sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati (Atik Soepandi, dkk, 1986: 24).
Contoh permainan tradisional adalah engklek, bakiak, bentengan, bekelan,
gatheng, egrang, petak umpet, benthik, jamuran. Sedangkan permainan modern
adalah kebalikan dari permainan tradisional, yaitu permainan menggunakan
peralatan yang diciptakan secara canggih. Contoh permainan modern adalah game
online, playstation, otopet, mobile remote kontrol.
4.
Fungsi
Permainan
Tadkiroatun
Musfirah (2008: 6-14), menjelaskan bahwa bermain dapat mengembangkanaspek
perkembangan peserta didik, diantaranya adalah:
1)
Bermain
untuk pekembangan kognitif peserta didik, meliputi (a) bermain membantu peserta
didik membangun konsep dan pengetahuan, (b) bermain membantu peserta didik
mengembagkan kemampuan berpikir abstrak, dan (c) bermain mendorong peserta
didik untuk berpikir untuk berpikir kreatif.
2)
Bermain
untuk pengembangan kesadaran diri, meliputi (a) bermain mengembangkan kemampuan
bantu-diri (self-help), (b) bermain memungkinkan peserta didik bereksperimen
dengan aturan nonstereotif, (c) bermain memberikan pelajaran tentang
keselamatan dan kesehatan diri, dan (d) bermain mengembangkan kemampuan peserta
didik membuat keputusan mandiri.
3)
Bermain
untuk mengembangkan sosio-emosional, meliputi (a) bermain membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan menyelesaikan masalah, (b)
bermain meningkatkan kompetensi peserta didik, (c) bermain membantu peserta
didik mengekspresikan diri dan mengurangi rasa takut, (d) bermain membantu
peserta didik menguasai konflik dan trauma sosial, dan (e) bermain membantu
peserta didik mengenali diri mereka.
4)
Bermain
untuk perkembangan motorik, meliputi (a) bermain membantu peserta didik
mengontrol keterampilan motorik kasar peserta didik, dan (b) bermain membantu
peserta didik menguasai keterampilan motorik halus.
5)
Bermain
untuk pengembangan bahasa/komunikasi, meliputi (a) bermain membantu peserta
didik meningkatkan kemampuan berkomunikasi, dan (b) bermain menyediakan konteks
yang aman dan memotivasi peserta didik belajar bahasa kedua.
Permainan
yang melibatkan aktivitas fisik akan bermanfaat bagi terbentuknya kebugaran
jasmani anak. Regular physical activity is
associated with immediate and long-term health benefits such as easier weght
control, lower blood pressure, improved cardiorespiratory function and enhanced
psychological well-being. Active children are morew likely to become active
adults (Heli Roy, 2010: 3). Aktivitas fisik yang teratur dikaitkan dengan manfaat kesehatan jangka
pendek dan jangka panjang seperti kontrol berat badan lebih mudah, menurunkan
tekanan darah, meningkatkan kardio-pernapasan fungsi dan ditingkatkan
kesejahteraan psikologis. Anak aktif lebih cenderung
menjadi orang dewasa yang aktif.
Semua
permainan yang ada tidak semua mempunyai nilai yang mendukung proses tumbuh
kembang anak, untuk itu guru penjas harus selektif untuk bisa melihat permainan
seperti apa yang bermanfaat bagi anak. Djoko Pekik Irianto (Hamid Anwar, 2005:
48) menjelaskan bahwa ciri-ciri permainan yang bermanfaat bagi perkembangan
anak anrara lain: (1) move, artinya
dalam permainan harus ada gerakan yang dilakukan secara kontinyu dan ritmis,
seperti gerak berjalan, berlari, merangkak dan sebagainya. Gerak tersebut akan
meningkatkan daya tahan jantung paru dan memperbaiki komposisi tubuh; (2) lift, artinya dalam permainan tersebut
harus ada unsur gerak melawan beban. Gerakan tersebut akan melatih kekuatan dan
daya tahan otot; dan (3) stretch,
artinya dalam permainan tersebut harus mengandung unsur gerak merengang
persendian termasuk mengulur otot. Gerak tersebut akan melatih fleksibilitas
persendian dan otot. Selain karakteristik tersebut di atas, perlu juga
mempertimbangkan bahwa permainan tersebut haruslah mendatangkan kesenangan (vareatif), membangkitkan semangat
bertanding (kompetitif), meningkatkan
kemampuan kognisi (taktik/strategi), serta bermakna sosial (berkelompok) dan
aman bagi anak.
C.
Hubungan
Permainan dengan Kebugaran Jasmani
Kebugaran
jasmani adalah kemampuan manusia untuk melaksanakan suatu kerja dengan efisien
tanpa timbul kelelahan yang berarti. Seperti dari pendapat para ahli sebelumnya
tentang kebugaran jasmani sangat diperlukan dlam kehidupan sehari-hari.
Kebugugaran jasmani sendiri tidaklah semata-mata tercipta dlam tubuh manusa.
Melainkan kebugaran jasmani dibentuk dari diri manusia. Dalam konsep ini adalah
latihan yang berperan dalam pembentuka kebugaran jasmani. Latihan kebugaran
jasmani adalah jenis latihan fisik (jasmani) melalui gerakan-gerakan anggota
tubuh atau gerakan tubuh secara keseluruhan, dengan maksud untuk meingkatkan
dan mempertahankan kebugaran jasmani yang di dalamny mencakupi unsur-unsur
kekuatan, daya ledak otot, kelentukan, kelincahan, dan daya tahan jantung. (www.penjasmabali.wordpress.com/materi/latihan.com).
Bermain adalah
suatu aktivitas jasmani yang dilakukan oleh individu dengan sungguh-sungguh dan
sukarela untuk mendapatkan rasa senang sebagai akibat dari aktivitas tersebut.
Sedangkan permainan meruakan kegiatan yang terkandung dalam makna bermain.
Melihat dari pengertian bermain yaitu aktivitas yang dilakukan tanpa paksaan
dan mendapatkan rasa senang, maka untuk peningkatan kebugaran jasmani anak
sekolah dasar sangat tepat melaui permainan. Media bermain digunakan untuk
mengkatkan kebugaran jasmani anak menjadi salah satu alternatif pembelajaran
anak agar anak tidak memiliki tanggapan negatif tentang kebugaran jasmani.
Disamping itu bermain adalah karakteristik anak sekolah dasar. Dimana anak
seusia sekolah dasar menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Jadi
melalui permainan anak secara langsung meningkatkan kebugaran jasmaninya.
Hasil penelitian
Yatino 2015 yang meneliti tentang permainan net terhadap kebugaran jasmani anak
sekolah dasar menunjukan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap
kebugaran jasmani. Hal ini menunjukan bahwa permainan dapat meningkatkan
kebugaran jasmani anak sekolah dasar tanpa harus memaksa anak untuk melakukan
latihan yang berat agar kebugaran jasmaninya meningkat.
BAB
III
KESIMPULAN
Kebugaran jasmani
merupakan komponen penting manusia untuk melakukan aktivitas jasmaninya. Untuk
anak kebugaran jasmani memberikan pengaruh dalam aktivitas kesehariannya
termasuk di sekolah. Kebugaran jasmani anak akan memberikan keberhasilan dalam
proses belajar anak di sekolah. Melalui bermain kebugaran anak akan secara
tidak langsung akan meningkat. Karena bermain adalah aktivitas jasmani yang
membutuhkan energi dan komponen-komponen tubuh dalam beraktivtas. Sehingga
permainan akan meningkatkan kebugaran jasmani anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 23 Tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan, Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Djoko Pekik Irianto (2002). Panduan Latihan Kebugaran Jasmani yang
Efektif
dan Efisien. Yogyakarta:
Lukman Offset.
-------------------------
(2004).
Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Rusli Lutan. (2002). Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta:
Depdiknas.
Sadoso Sumosardjuno (1989). Petunjuk Praktis
Kesehatan Olahraga. Jakarta : Pustaka Karya Grafita Utama.
Sharkey, B.J (2003). Fitness And Health. Alih
bahasa Kebugaran dan Kesehatan oleh: Eri Desmarini Nasution. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Suharjana (2008). Pendidikan Kebugaran Jasmani.
Pedoman Kuliah. Yogyakarta. FIK
UNY.
Mikdar, U Z. (2006). Hidup Sehat: Nilai Inti Berolahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan.
M. Sajoto (1988). Peningkatan dan Pembinaan
Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Kota Semarang : Dahara Prize.
Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (Ed) (1984).
Kesehatan Olahraga. Jakarta : FK
UI Jakarta
Engkos Kosasih.
(1983).
Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademi Persindo.
Kementerian Pendidikan
Nasional (2010). Tes Kesegaran Jasmani
Untuk Anak Umur 6-9 tahun, 10-12
tahun, 13-15 tahun, 16-19 tahun. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani.
Jakarta.
Halo kak, artikelnya menarik dan menginspirasi cek website kami juga kak Harga les privat SD
BalasHapus