BAB I
PENDAHULUAN
1.
Pendahuluan
Donald Hebb lahir 22
Juli 1904 di Chester, Nova Scotia, yang tertua dari empat anak dari Arthur M.
dan M. Clara (Olding) Hebb, dan tinggal di sana sampai usia 16, ketika orang
tuanya pindah ke Dartmouth, Nova Scotia. Donald
Hebb Olding adalah seorang psikolog Kanada yang berpengaruh
di bidang neuropsikologi, di mana ia berusaha untuk memahami bagaimana fungsi
neuron berkontribusi pada proses psikologis seperti belajar. Dia telah
digambarkan sebagai ayah dari neuropsikologi dan jaringan saraf. Tapi Donald, awal kehidupan, tidak punya
aspirasi terhadap psikologi atau bidang medis, melainkan, ia ingin menjadi
penulis. Ia masuk Universitas Dalhousie bertujuan untuk menjadi novelis. Dia
bukan murid yang luar biasa (mata pelajaran yang terbaik adalah matematika dan
ilmu pengetahuan) tapi dia lulus dengan gelar Bachelor of Arts pada tahun 1925.
Setelah itu, ia menjadi guru, mengajar di sekolah lamanya di Chester. Kemudian,
ia menjadi seorang petani di Alberta dan kemudian berkeliling, bekerja sebagai
buruh di Quebec. Selama perjalanannya ia bertemu dengan karya Sigmund Freud,
William James, dan John B. Watson yang membuatnya mempertimbangkan untuk
bergabung dengan bidang psikologi.
Dalam makalah ini akan memaparkan tentang teori
belajar yang ditemukan atau dikembangkan oleh Donald O. Hebb tersebut. Karena
belajar merupakan suatu perilaku yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia
selama hidupnya. Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku
seseorang dalam situasi tertentu yang disebabkan oleh “pengalaman berulang” terhadap situasi tersebut. Dalam tinjauan
psikologi kognitif belajar diartikan sebagai The process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman
hidup yang dialami oleh si pelajar, agar
menjadi mandiri. Belajar erat
kaitannya dengan pengembangan kognitif (penguasaan intelektual), afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) dan psikomotorik
(keterampilan bertindak atau berprilaku). Dalam pandangan pakar psikologi belajar
kognitifis adalah keberhasilan
belajar yang di ukur oleh
kematangan kognisi si pelajar. Dalam hal ini otak sebagai organ tubuh yang
berkaitan dengan intelejensi, menjadi
sangat dominan sebagai pusat memori. Kognisi
didefinisikan sebagai suatu proses mendapatkan, menyusun, dan menggunakan
pengetahuan intelektual. Teori
belajar kognitif memfokuskan pada
peranan “pengertian.” Dengan demikian seseorang akan melakukan pekerjaan mental
dan menyimpan potongan – potongan informasi di dalam daya ingat untuk didapatkan kembali disuatu
waktu kemudian.
Makalah ini akan membahas tentang otak beserta susunan sel
di dalamnya, serta fungsi dari masing – masing belahan
otak (hemisphere) kiri dan kanan. Terlepas dari kekurangan dari tulisan ini,
penulis telah berusaha menyajikan pemahamannya dari teori Neuron psychcologi yang
dikembangkan oleh Donald Olding Hebb.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
BELAHAN – BELAHAN OTAK
Otak manusia adalah satu alat di dalam tubuh, yang
disamping berfungsi menerima kenyataan dari segala peristiwa dan keadaan di
luar badan, juga digunakan untuk: mengingat apa yang pernah dialami, berpikir,
merasa, berbicara, menulis, bermain musik, menggambar, bermimpi, mencintai dan
menderita. Seluruh aktivitas manusia adalah berawal dari otak. Otak
manusia adalah sebutan umum dari semua kelompok pemikiran tentang prilaku
manusia. Otak manusia mengandung tidak kurang dari 1011 neuron (sel otak). Otak manusia akan senantiasa berkembang berikut
sel – selnya sebelum seseorang
berusia 50 tahun, dan pada usia tersebut sel otak tidak berkembang lagi.
Semakin sering otak bekerja, maka
semakin cepat pula pertumbuhan selnya secara normal otak manusia memilki berat
1500 gram dan merupakan terbesar dari semua otak makhluk hidup.
Pada dasarnya otak terdiri dari dua bagian, otak kiri
dan otak kanan. Kedua bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Otak kiri
berfungsi untuk mengontrol bagian badan sebelah kanan, sementara otak kanan
berfungsi mengontrol bagian
badan sebelah kiri. Akan tetapi tidak ada jaminan adanya kesamaan antara kedua bagian otak tersebut
dalam menangkap dan mentransformasikan sebuah informasi. Jose Silva mengatakan
bahwa belahan otak kanan akan bekerja dengan pemikiran santai yang di sebut
alfa dengan berdasarkan intuisi yang digerakkan lebih stabil. Sedangkan belahan
otak kiri memiliki proses logis, deduktif dan intelektual yang menjadi andalan
utama dalam proses pendidikan. Pada
tahun 1836 Mac Dax menceritakan bahwa ia telah kehilangan kemampuan bicaranya
karena mengalami kerusakan pada bagian otak kirinya, demikian pula yang dialami
Paul Broca pada tahun yang sama. Kemudian dikemukakan sebuah asumsi yang
mengatakan bahwa hemisphere kanan
memiliki kecerdasan yang relatif kurang ketimbang hemisphere kiri. Dengan demikian hemisphere kiri dikatakan lebih dominan (superior) ketimbang hemisphere kanan, tetapi pada akhirnya
asumsi itu kurang diyakini kebenarannya setelah adanya beberapa penelitian pada
tahun 1962 yang dilakukan oleh bebarapa ahli seperti Mouncastle, Geschwind,
Kaplan, Sperry, dan Gazzaniga, yang menyimpulkan bahwa kedua bagian otak memiliki
fungsi yang sama pentingnya.
Otak kanan akan lebih dominan ketimbang otak kiri
dalam mentransformasikan informasi yang sifatnya non verbal, seperti perhatian,
persepsi, dan pengertian. Otak kiri akan lebih dominan dalam mentransformasikan
informasi yang sifatnya verbal seperti
menulis, membaca, makan, dan sebagainya. Seseorang yang mengalami gangguan pada otak kirinya maka
akan kesulitan untuk makan, demikian pula orang yang mengalami gangguan otak
kanannya akan kesulitan untuk menjelaskan dan menggambarkan sesuatu.
2.
FUNGSI
HEMSPHERE PADA OTAK NORMAL
Para pakar biolagi dan psiologi menemukan kesulitan dalam meneliti sel – sel otak manusia, dengan demikian
penelitian inovatif psikiatrik dan klinis terus berlanjut. Satu – satunya cara untuk meneliti kandungan sel – sel otak adalah dengan cara “pembedahan” otak
atau cuci otak. Namun pada tahun 1978 rumusan penelitian Ornstein telah
memberikan sedikit informasi tentang susunan sel otak secara normal. Metode
yang digunakan untuk meneliti sel otak adalah sebagai berikut:
1. Electroenc – ephalo – gram (EEG), yang berfungsi untuk mendeteksi
aktivitas elektris dengn menggunakan electroda. EEG memiliki alpharytem yang
berfungsi menginvestigasi fungsi pembelahan otak Kaplan menyebut EEG dengan
Elektroen – efelo – grafi yang
diartikan sebagai teknik pencitraan otak paling klasik yang sampai saat ini
masih digunakan dalam ilmu psiologi. EEG pertama kali dikemukakan oleh Hans
Berger pada tahun 1929. Penentu utama pada EEG adalah aktivitas listrik dari
neuron pada lapisan korteks yang paling atas.
2. Dichotic
Lestening, metode ini selanjutnya dikatakan
sebagai metode paling aman untuk mengetahui susunan sel – sel otak. Pada prinsipnya setiap bagian dari
otak memilki fungsi untuk menyerap informasi yang datang secara independen,
seperti belajar, mengingat dan merasa. Hasil penelitian Kimura mengatakan bahwa hemisphere kiri berfungsi untuk menerima informasi dari telinga
kanan, dan informasi tesebut bersifat verbal, sedangkan hemisphere kanan menerima informasi dari telinga kiri, dan
informasi tersebut bersifat non verbal.
Dalam
penelitiannya, Kimura menyuruh seseorang untuk mendengarkan dua suku kata yang
diberikan secara bersamaan pada telinga yang berbeda. Kedua suku kata tersebut
adalah “ba” dan “ga”. Suku kata “ba” dibisikkan pada telinga kiri, sedangkan
kata “ga” pada telinga kanan. Kedua suku kata tersebut dibisikkan secara
berulang – ulang dalam waktu yang
bersamaan. Kemudian suku kata apakah yang diterima oleh otak? Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa suku kata “ga” yang berasal dari
telinga kanan yang lebih di tangkap oleh otak. Kesimpulan berikutnya adalah
telinga kiri mentransimisikan informasi ke otak (hemisphere) kanan, sedangkan telinga kanan sebaliknya
mentransmisikan informasi ke otak (hemisphere)
kiri.
3.
SPEKULASI
Penelitian mengenai perbedaaan hemisphere kanan dan kiri telah melahirkan maraknya perdebatan
tentang peran otak yang tidak simetri dalam kehidupan sehari – hari.
Springer dan Deutsch melalui penelitiannya tahun 1985 menggambarkan beberapa
spekulasi sebagai berikut: “Riset
tersebut menyimpulkan bahwa perbedaan antara hemisphere, menunjukkan adanya tradisi dualisme antara intelektual
yang diposisikan berlawanan dengan intuisi, ilmu pengetahuan seni dan logika
berlawanan dengan hal yang sifatnya misterius. Penelitian itu juga memberikan
pesan pada pengacara dan para artis untuk menggunakan bagian – bagian otak secara profesional dalam pekerjaan
mereka. Lebih lanjut dikatakan bahwa letak dominannya otak kiri atau otak
kanannya seseorang adalah tergantung bagaimana hemisphere membimbing orang tersebut. ”Bogen (1977) mengatakan
bahwa adanya dikotomi terhadap proses transimisi informasi itu menunjuk pada
intelegensi hemisphere itu sendiri.
Selanjutnya ia menjelaskan bagaimana otak kiri (left hemisphere) dan otak kanan (right hemisphere) memproses sebuah informasi.
Melalui teori pembagian belahan otak juga,
Casstelluci dan Kandel, serta para penerusnya menyodorkan konsep “Kebiasaan.”
Menuurt mereka kebiasaan (reflek) berasal dari menurunnya neuron transmeter dari neuron
sensori (panca indra) yang kemudian mengirimkan
signal stimulus yang lemah menuju ke motor neuron sehingga menyebabkan gerak
refleksifitas organ – organ tubuh.
Akan tetapi yang tidak jelas dalam teori ini adalah bagaimana neuron transmeter
memberi signal lemah pada neuron sensori, sehingga timbul kebiasaan oleh
pengulangan yang kemudian disebut dengan sensitisasi.
4.
SEL – SEL NYATA
DAN SUSUNANNYA
Donald O. Hebb berpendapat bahwa tindakan seseorang
berawal dari informasi yang di bawa oleh sel – sel yang berada pada syaraf. Jaringan syaraf
di bangun oleh sel – sel syaraf
otak atau “neuron” yang merupakan sistem koordinasi dan sistem kontrol yang “
memberitahukan” kepada bagian-bagian tubuh tentang apa dan kapan sesuatu harus
dilakukan. Sel – sel syaraf otak atau neuron terdiri dari
beberapa struktur sebagai berikut:
a. Dendrit
Dendrit adalah bagian terdepan dari neuron yang keluar
dari badan sel. Dendrit berberfungsi untuk membawa rangsangan dari bagian luar
sel kedalam badan sel. Dendrit terdiri dari tiga bagian, yaitu: terminal
sinoptik, celah sinoptik, dan pasca sinoptik
b. Badan Sel
Pada badan sel terdapat granula – granula yang menempel pada plasmanya. Dan pada
badan sel pula inti sel syaraf berada. Badan sel berfungsi sebagai tempat
menerima dan memberi rangsangan dari dan kepada organ – organ tubuh atau memberi reaksi dan jawaban pada
gerak reflek. Badan sel terdiri dari dua bagian, yaitu: nukleus (inti sel) dan prikaryon
(sel pendamping)
c. Axon
Axon adalah bagian dari neuron yang menghubungkan satu
dendrit ke dendrit yang lain serta dari badan sel kepada badan sel yang
lainnnya. Axon berfungsi sebagai isolator atau penghantar yang membawa
rangsangan dari badan sel kepada bagian-bagian lain sel syaraf. Axon merupakan
bagian sel otak yang memilki unsur paling banyak diantaranya adalah segmen
awal, hillok, nodus ranvier, dan sarung mielin.
d. Sinapsis
Sinapsis adalah suatu daerah khusus yang menghubungkan
antara dua atau lebih neuron. Secara
umum fungsi syaraf otak atau neuron adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
sarana penghubung dengan keadaan luar (fungsi komonikasi)
2. Sebagai
pengatur pekerjaan organ tubuh (fungsi koordinator)
Sedangkan
susunan bentuk sel syaraf otak menurut fungsinya adalah terdiri atas tiga
bentuk, yaitu:
1. Sensoris,
yang bertugas sebagai pembawa dan penerima rangsangan ke pusat susunan sel
syaraf otak.
2. Motoris,
berfungsi sebagai pembawa perintah atau rangsangan dari pusat susunan sel
syaraf otak ke suatu otot.
3. Penghubung,
berfungsi untuk menghubungkan neuron yang satu dengan neuron yang lainnya.
5.
HUBUNGAN
BARU DALAM PROSES BELAJAR
Donald O. Hebb,
mengemukakan satu lagi penemuannya tentang proses belajar. Penemuannya tersebut
adalah bahwa proses belajar bisa terjadi dan sangat ditentukan oleh kekuatan
hubungan antara “perhatian” dan “objek” yang dipelajari. Semakin kuat hubungan
keduanya, maka dimungkinkan proses belajar akan mencapai hasil yang baik.
Selanjutnya Hebb mengatakan bahwa output syaraf secara aktif ditentukan oleh
dua hal, pertama oleh kekuatan hubungan keduanya (input dan output) dan yang
kedua ditentukan oleh besarnya jumlah hubungan keduanya.
6.
KONTRIBUSI
TEORI HEBB PADA PENDIDIKAN
Kontribusi yang paling
tampak dari teori Hebb adalah konsepnya tentang belajar yang mengedepankan
proses kognitif, dengan memperhatikan fungsi sel – sel syaraf (neuron) dan jaringan syaraf sebagai alat fundamennya. Berbeda dari
pakar psikolog lainnya yang menekankan adanya hubungan antara stimulus dan
respon (S – R), Hebb mengatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah peristiwa
mental bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmani), seorang anak yang
belajar menulis dengan menggerakkan pena bukanlah semata – mata respon atas stimulus yang ada, melainkan
yang lebih penting karena dorongan mental yang di atur oleh otak. Meskipun
penelitian mahasiswa jurusan psikologi dan ilmu syaraf komtemporer tentang
hubungan mendasar antara aktifitas sinopsis dan fenomina otak lebih diterima
kebenarannya, namun Hebb diposisikan sebagai peneliti pertama (the first researcher) yang mencetuskan
adanya hubungan dan bangunan bentuk – bentuk sederhana
dari pada proses yang lebih tinggi, yang di bangun oleh peristiwa – peristiwa yang saling berhubungan.
Prinsip yang mendasar dari teori belajar Hebb adalah
“pengulangan” dan “hubungan”. Dan untuk hal itu menjadi tugas utama bagi sel – sel syaraf otak (neuron). Sel – sel syaraf otak akan mampu
melakukan tugas utamanya tersebut dengan cara dilatih dan dirangsang. Dengan
adanya latihan, maka sel syaraf otak akan berusaha untuk memodifikasi postulat – postulat ilmu yang dirumuskan dalam memori otak.
Sel (syaraf) otak akan aktif belajar dengan adanya informasi. Teori Hebb pada kenyataannya tidak
membutuhkan “proses”, akan tetapi postulat – postulat tersebut dapat dipertanggungjawabkan apabila didasarkan pada
keyakinan bahwa belajar merupakan usaha untuk mengkondisikan penguataan – penguatan (reinforces)
menuju proses emosi dan kognitif yang lebih tinggi. Pengulangan – pengulang akan membuat pelajar percaya diri dengan
konsep – konsep baru, lebih
penting lagi mengulang akan memberikan kesempatan untuk mengunjungi kembali
konsep dengan cara lain, baik secara visual, auditorial, kinestetik maupun
melalui kecerdasan yang lain.
Satu hal yang menarik dari temuan Hebb adalah
“intelegensi” merupakan aktivitas yang bikameral (memakai kedua belahan otak).
Penemuan ini berbeda dengan tesis para ilmuan sebelumnya yang menganggap sistem
intuisi otak kanan dan sistem intelek otak kiri sebagai dua sistem yang
terpisah dan berbeda. Paul LaViolette dan seorang ahli phisikhiatri menyodorkan
teori (sebagai kelanjutan teori Hebb) tentang fungsi otak yang menganggap
berpikir logis dan perasaan otak kanan sebagai suatu integrasi (paduan) dalam
belajar dan pemecahan masalah.
Teori ini sebagaimana teori Guthire memilki kelebihan tersendiri diantara
teori – teori psikologi aliran
kognitifisme yang lain. Secara ilmiah
teori Hebb ini sangat menarik, karena kajiannnya disandarkan pada mekanisme ilmu biologi.
Seperti halnya Tolman, Hebb menunjukkan adanya perbedaan antara motivasi dan belajar, serta kesukaran – kesukaran yang menyertai pembagian otak menjadi dua bagian. Teori rangsangannya (arausel) tidak memecahkan kesukaran – kesukaran tersebut, namun ia memberikan pemecahan masalah pada hipotesis reduksi gerakan yang dilontarkan Hull yang menerangkan kebiasaan manusia dalam mengurangi gerakan pada satu kesempatan dan menambahnya pada kesempatan lain.
Seperti halnya Tolman, Hebb menunjukkan adanya perbedaan antara motivasi dan belajar, serta kesukaran – kesukaran yang menyertai pembagian otak menjadi dua bagian. Teori rangsangannya (arausel) tidak memecahkan kesukaran – kesukaran tersebut, namun ia memberikan pemecahan masalah pada hipotesis reduksi gerakan yang dilontarkan Hull yang menerangkan kebiasaan manusia dalam mengurangi gerakan pada satu kesempatan dan menambahnya pada kesempatan lain.
Dengan demikian penelitian Hebb berkonsentrasi pada
teori arausel, sensori deprivation, reinforcement dan fear. Belajar merupakan
hal yang subyektif, di mana si pelajar akan mengadakan perubahan – perubahan penting pada tingkat intelegensinya. Hebb
telah memberikan peran yang
besar dalam memberikan motivasi belajar.
7.
ANALISA
Donald O. Hebb
bukanlah psikolog pertama yang menempatkan otak sebagai alat belajar.
Penemuannya tentang asosiasi antara ranah – ranah otak
yang saling berhubungan dengan aktif tidak berbeda dengan hasil penelitian
Pavlov. Hebb bisa dikatakan sebagai penerus psikolog aliran kognitifis yang
meneruskan penemuan Pavlof tentang analisa area yang luas (otak) menuju
penelitian pada area yang lebih kecil (sel syaraf atau neuron), meskipun Hebb
tetap menghargai prinsip umum yang digunakan oleh Pavlov.
Teori Hebb
menitikberatkan pada penemuan – penemuan ilmu syaraf. Meskipun demikian, Hebb memulai teorinya dengan
langkah spekulatif yang tinggi, demikian
pula kesimpulan penelitiannya (teorinya) masih bersifat spekulatif dan belum menjadi teori
penyelesaian (resmi). Penemuan Hebb tentang transmisi kimia dalam sel – sel syaraf, dasar – dasar fisiologi dan penguatan struktur sel – sel syaraf, di pandang tidak relevanm dengan
model dasar dalam ilmu pengetahuan tentang otak.
Guinlan (1991)
mengindikasikan bahwa teori Hebb tentang postulat fisiologi syaraf, merupakan
hal yang eksklusif dan statis, sedangkan sistem syaraf menurut Guinlan sifatnya
dinamis dan terus bertambah ketika sel – sel syaraf
tersebut saling berhubungan. Dalam
pandangan penulis, kedua belahan otak memiliki arti yang sama pentingnya,
dengan demikian pemanfaatan keduanya harus “seimbang” dalam setiap aspek
kehidupan. Dengan demikian belajar menjadi hal yang mudah apa bila kedua
belahan otak tersebut dapat dimanfaatkan secara bergantian, dengan memilih
belahan otak mana yang diperlukan dalam masing – masing permasalahan yang dihadapi. Pemanfaatan
fungsi otak yang tidak seimbang, akan menyebabkan seseorang menjadi stress, dan
kesehatan mental dan fisiknya menjadi buruk.
Hebb
mengatakan bahwa tinggi rendahnya IQ seseorang tidak ditentukan oleh faktor keturunan, akan
tetapi ditentukan oleh latihan – latihan penggunaan fungsi otak. Teori ini melahirkan kesimpulan bahwa siswa
yang memilki tingkat IQ yang tidak terlalu tinggi, akam memiliki kesempatan
memperoleh hasil belajar yang sama dengan siswa yang memiliki tingkat IQ
tinggi, tentu saja hal tersebut melalui latian – latian yang intensif. Brain research memastikan
bahwa pengalaman konkrit, pengalaman yang kompleks dan beraneka warna sangat
esensial dalam proses belajar mengajar. Siswa perlu memahami secara baik pola – pola yang lebih besar dari keseluruhan objek
kajian, karena setiap bagian dari sesuatu yang melekat pada keutuhannya dimana satu subyek akan terkait dengan subyek – subyek yang lain. Apa yang harus dikuasai oleh siswa adalah pemahaman yang bermakna. Otak berfungsi sebagai detektor
yang bekerja secara dinamis serta memahami suatu subyek sebagai hasil dari
pemahamannya tentang hubungan dari berbagai faktor.
8.
APLIKASI
TEORI DONAL O. HEBB (NEURO PSYCHOLOGI) DALAM PENDIDIKAN
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Donald O. Hebb (teori neuro psychologi) telah banyak
memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu biologi dan fisiologi, meskipun
dalam tataran ilmiah metode eksprimennya masih tergolong lemah. Dalam kelompok teori belajar, metode Hebb
tergolong pada metode yang mendasarkan kemampuan belajar pada peran kognitif
yang tinggi. Model ini berorentasi pada kemampuan siswa dalam memproses
informasi melalui sistem otak dal sel – sel syarafnya.
Proses informasi tersebut berkaitan dengan pengumpulan atau penerimaan stimuli
dari lingkungan, pengorganisasian data, pemecahan masalah, serta penggunaan
symbol – symbol verbal dan non
verbal. Model ini berkenaan juga dengan kemampuan memecahkan masalah dan
kemampuan berfikir yang produktif, serta sangat erat kaitannya dengan kemampuan
intelektual secara umum (general
intellectual ability).
9.
STRATEGI
PEMBELAJARAN DENGAN MODEL DONAL O.HEBB.
Dalam mengaplikasikan teori Hebb dalam pendidikan,
maka dapat diambil sebuah pendekatan strategi pembelajaran sebagai berikut:
a. Mengajar
dengan metode induktif, metode ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berfikir dan membentuk teori (memberikan symbol – symbol). Metode ini
banyak dianut oleh praktisi pendidikan, meskipun dalam pandangan Popper metode ini telah memisahkan sains
dengan filsafat ilmu pengetahuan, yang akhirnya akan membuat jarak antara
penemuan ilmiah dengan kecenderungan menelaah sebuah teori.
b. Latihan
inquiri, pada prinsipnya latihan ini memilki
tujuan yang sama dengan metode induktif, akan tetapi letak perbedaannya adalah
pada proses mencari dan menemukan informasi yang diperlukan.
c. Inquiri
keilmuan, metode ini menitikberatkan pada
penelusuran kesimpulan melalui pendekatan penelitian secarah ilmiah. Tujuan
dari strategi ini adalah mengajarkan metode – metode penelitian
dalam disiplin ilmu serta mengembangkan domain psikomotorik dan afektif
disamping domain kognitif yang menjadi dasar dalam pengembangannya.
d. Pembentukan
konsep, cara ini bertujuan untuk melatih
kemampuan berfikir induktif dan kemampuan melakukan analisis.
e. Pengembangan,
hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan aspek – aspek sosial dan moral peserta didik.
BAB III
KESIMPULAN
Pada dasarnya otak terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kiri (left hemisphere) dan otak kanan (right hemisphere). Otak kiri cenderung memeperhatikan
hal – hal yang sifatnya verbal,
sedangkan otak kanan cenderung memperhatikan hal – hal yang sifatnya non verbal. Kedua belahan otak tersebut akan bekerja secara
bersama-sama, meskipun volumenya berbeda. Apabila otak kiri lebih dominan, maka
otak kanan akan lambat bekerja, demikian pula sebaliknya. Penelitian Donald O. Hebb yang melahirkan
teori neuro psychologi telah banyak memberikan kontribusi dalam dunia
pendidikan, khusunya dalam disiplin ilmu "teori belajar”.
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi DePorter, dkk. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum
Learning di Ruang ruang Kelas,terj.
Ary Nilandari, (Bandung: Mizan Media Utama, 2001)
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta)
Hergenhahn,B.R
dan Olson, Metthew H. (1997). Theories of learning, 5th edition, New Jersey :
Prentice – Hall International,
Inc
http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/IP/Hebb.html. Di
download, tanggal 20 November 2011. Pukul 21.12 WIB
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta :RajaGrapindo
Persada, 2003)
Nana Sudjana, Dasar – dasar Proses
Belajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989)
Willian Berkson dan John Wettersten, Psikologi Belajar dan
Filsafat Ilmu Karl Popper, terj. Ali Noer Zaman, Yogyakarta: Qalam, 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar